-->

Sejarah Desa Bondo

copyright : nunorahman.wordpress.com
  Bondo adalah sebuah Desa yang berada di Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Secara geogafis Desa Bondo sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karanggondang, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Jerukwangi, di sebelah utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Karanggondang. Secara administratif Desa bondo terdiri dari 2 Dukuh yaitu Dukuh Margokerto dan Dukuh Kertomargo. Jarak Desa Bondo dengan kota Jepara sekitar 20 km atau 30 menit perjalanan.

  Wilayah Bondo sejak dahulu sebagian besar adalah persawahan dan hutan. Desa Bondo di babat atau di munculkan pertama kali oleh orang Simungan, Semarang yang bernama Guno Wongso. Dia bekerja di ladang tebu sebagai waker atau mandor di daerah Cumbring. Ada sebagian wilayah Bondo yang disewakan selama 75 tahun oleh pemerintah Hindia belanda pada tahun 1901.

  Wilayah yang disewakan bernama "persil" yang artinya sepetak tanah dan hingga sekarang nama tersebut masih sering kita dengar meski nama wilayah tersebut sudah diganti nama dengan Margokerto.

  Sebagai penerus pembuka atau babat alas Desa Bondo adalah Tunggul Wulung yang memang datang ke Desa Bondo untuk mencari Guno Wongso. Dikisahkan saat itu Tunggul Wulung menemukan Guno Wongso di Desa Bondo, merasa cocok dang senang dengan wilayah tersebut maka Tunggul Wulung memilih untuk menetap sehingga dia membabat disebelah utara dan diberi nama Tanjung Jati atau yang sekarang disebut Dung Jati (Ujung Jati) dinamakan seperti itu karena dulu desa tersebut banyak pohon jati.

  Salah satu bukti sejarah adalah ditemukannya bekas rumah Tunggul Wulung di Desa Dung Jati dan ditemukannya makam Mbok Endang Sampurnowati pelayan Tunggul Wulung.

  Karena Guno Wongso meninggal dan meninggalkan istri serta anak-anak nya yang masih kecil, lalu Tunggul Wulung memperistri mantan istri teman sejawatnya tersebut. Dan merekalah nenek moyak atau cikal bakal warga Desa Bondo.

 Saat itu Tunggul Wulung ataupun Guno Wongso sudah beragama Nasrani tapi masih bercampurkan adat kejawen. ini terbukti dengan buku yang ditulisnya masih menggunakan klenik-klenik jawa dan buku tersebut disimpan oleh keturunannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel